Rabu, 28 Desember 2011

ANALISIS KADAR ABU TANAMAN
(Laporan Praktikum Biokimia Tanaman)

















Oleh
VIYAN KRISTIANTO
(E1A210063)
Kelompok V







FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
PENDAHULUAN
Suatu ciri khas dari mahluk hidup terutama tanaman adalah kemampuan atau kapabilitas sel – sel untuk mengambil zat-zat makanan dari komponen sel itu sendiri sebagai sumberenergi. Suplai dan absorpsi dari senyawa-senyawa kimia yang diperlukan untuk proses pertumbuhan dan metabolisme disebut nutrisi. Dan senyawa kimia yang diperlukan oleh organisme disebut nutrien (unsur hara). Mekanisme bagaimana unsur hara dikonversi menjadi material selular atau digunakan sebagai sumber energi dikenal dengan proses metabolisme. Istilah metabolisme mencakup berbagai reaksi yang terjadi pada sel hidup untuk mempertahankan hidup dan untuk pertumbuhan. Dengan demikian nutrisi dan metabolisme mempunyai hubungan timbal balik. Dari semua hubungan timbal balik ini, timbul berbagai metode untuk perhitungan kandungan dalam tanaman. Salah satunya adalah perhitungan kadar abu tanaman yang bertujuan untuk membandingkan kandungan kadar abu dari jenis tanaman yang berbeda dalam menyerap mineral.
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat, pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat, sulfat, dan nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya (Anonim1, 2011).
Kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa oksida dan garam yang tersisa dari pengeringsn suatu bahan pada temperatur yang tinggi (Fennema, 1996).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut (Irawati, 2008) :
Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan
Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan
Untuk memperkirakann kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit uinegar (asli) atau sintesis
Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain.
Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi,yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbeda–beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan diangap selesai apa bila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadan dingin,untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan ke dalam oven bersuhu 105°C agar suhunya turun menyesuaikan degan suhu didalam oven,barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan.( Anonim2, 2010 ).
Pohon Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia. Asalnya dari Papua/Irian Jaya. Tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang (perenial), tinggi 1 - 2,5 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, warna cokelat, permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang miring ke atas. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau tua, bentuk jorong hingga lanset, panjang 7 - 10 cm, lebar 2 - 2,5 cm, helaian daun tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), permukaan licin, tidak pernah meluruh Bunga tunggal, muncul di sepanjang batang dan ketiak daun, bertangkai pendek, mahkota berbentuk tabung (tubulosus) - berwarna putih Buah bulat, panjang 3 - 5 cm, buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi merah, bentuk dengan biji bulat, keras - berwarna cokelat, daging buah berwarna putih - berserat dan berair Perbanyaan Generatif / biji (Anonim3, 2011).
Ekstrak daging buahnya berkhasiat sebagai antihistamin, antialergi, bersifat sitotoksik terhadap sel kanker rahim, bersifat hapatoprotektif. Juga menurunkan kadar gula darah, antioksidan, menurunkan kadar asam urat. Alkaloid, senyawa organic berfungsi sebagai detoksifikasi, menetralisir racun-racun di dalam tubuh. Saponin merupakan fitonutrien, sering disebut “deterjen alam”. Senyawa ini bersifat antibakteri dan antivirus. Juga meningkatkan system kekebalan tubuh, meningkatkan daya tahan, mengurangi kadar gula darah, mengurangi penggumpalan darah. Flavonoid berindikasi antiperadangan dan mencegah pertumbuhan kanker. Polifenol berfungsi sebagai antihistamin. Zat lain adalah tannin, sterol, terpen (Anonim4, 2008). Klasifikasi ilmiah mahkota dewa yaitu :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
Kangkung atau Ipomoea reptans terdiri dari dua varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat berbunga putih bersih. Perbedaan lainnya terletak pada bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dibandingkan kangkung darat. Warna batangnya juga bebeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat berbatang putih kehijau-hijauan. Selain itu, kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air. Itulah sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air diperbanyak dengan menggunakan stek pucuk batang. Tanaman kangkung berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia, dan Afrika. Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat. Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-kangkungan, merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Selain mengandung vitamin A, B1, dan C, kangkung juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, dan sitosterol.Secara farmakologis, kangkung berperan sebagai antiracun (antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), dan sedatif / obat tidur (Anonim5, 2007). Klasifikasi ilmiah kangkung yaitu :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea reptana Poir.












BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Buah dan daun mahkota dewa
Akar dan batang kangkung

Alat
Cawan porselin
Cawan petri
Oven
Desikator
Neraca analitik (timbangan)
Pisau
Tanur

Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 21 Oktober 2011 pada pukul 08.00 – 10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Analisis Kimia Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.




Prosedur Kerja
Masukkan sampel yang telah digunakan pada praktikum kadar air tanaman
ke dalam tanur dengan suhu awal 200o C, setelah 20 menit kemudian
dinaikkan suhu menjadi 300o C, 20 menit kemudian dinaikkan lagi suhunya menjadi 450o C, dan setelah 20 menit kemudian dinaikkan lagi suhu menjadi 600o C.
Menunggu sampai menjadi abu, kemudian ditimbang lagi.





















HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
No. Sampel Berat awal sampel (gram) Berat akhir sampel (gram)
1. Daun mahkota dewa 2,05 0,355
2. Buah mahkota dewa 2,40 0,343
3. Batang kangkung 0,5 0,371
4. Akar kangkung 2,2 0,460

Perhitungan :
Daun Mahkota Dewa
KA=(Berat awal sampel- Berat akhir sampel)/(Berat awal sampel) ×100 %
KA=(2,05- 0,355)/2,05 ×100 %
KA=82,68 %
Buah Mahkota Dewa
KA=(Berat awal sampel- Berat akhir sampel)/(Berat awal sampel) ×100 %
KA=(2,40- 0,343)/2,40 ×100 %
KA=85,71 %

Batang Kangkung
KA=(Berat awal sampel- Berat akhir sampel)/(Berat awal sampel) ×100 %
KA=(0,5- 0,371)/0,5 ×100 %
KA=25,8 %
Akar Kangkung
KA=(Berat awal sampel- Berat akhir sampel)/(Berat awal sampel) ×100 %
KA=(2,2- 0,460)/2,2 ×100 %
KA=79,09 %

Pembahasan
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat, pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat, sulfat, dan nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya.
Pada praktikum analisis kadar abu tanaman ini bahan – bahan yang digunakan adalah sampel tanaman yang telah digunakan pada praktikum analisis kadar air yaitu daun dan buah mahkota dewa, serta batang dan akar kangkung.

Pengabuan dilakukan dengan memasukkan bahan sampel ke dalam tanur
dengan suhu awal 200o C. Setelah 20 menit, suhu dinaikkan menjadi 300o C. 20 menit kemudian suhu kembali dinaikkan menjadi 450o C. Suhu dinaikkan lagi menjadi 600o C setelah 20 berikutnya.
Setelah tercapai pengabuan yang dapat ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sampel setelah diarangkan pada pengabuan sampel telah menjadi abu berwarna putih abu-abu, kemudian sampel ditimbang. Kadar abu merupakan selisih berat awal sampel dengan berat akhir sampel setelah dilakukan pengabuan.
Kadar abu dapat dihitung dengan persamaan :
KA=(Berat awal sampel- Berat akhir sampel)/(Berat awal sampel) ×100 %
Dari perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut didapatkan hasil bahwa kadar abu pada daun mahkota dewa 82,68 %, kadar abu pada buah mahkota dewa 85,71 %, kadar abu pada batang kangkung 25,8 %, dan kadar abu pada akar kangkung 79,09 %.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kadar abu pada buah mahkota dewa lebih besar daripada kadar abu pada sampel lain yaitu sebesar 85,71 %. Karena penentuan kadar abu biasa digunakan untuk menentukan kadar mineral yang terdapat dalm suatu bahan, maka dapat diketahui bahwa buah mahkota dewa memiliki kadar mineral yang cukup tinggi, walaupun jenis mineral yang terkandung didalamnya tidak dapat diidentifikasi menggunakan metode ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perhitungan kadar abu tanaman menentukan kadar mineral dalam tanaman.
Proses pengabuan dapat dilakukan dengan menggunakan tanur yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 500o - 600° C.
Dari praktikum ini didapatkan hasil kadar abu pada daun mahkota dewa 82,68 %, kadar abu pada buah mahkota dewa 85,71 %, kadar abu pada batang kangkung 25,8 %, dan kadar abu pada akar kangkung 79,09 %.

Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini agar lebih teliti dalam melakukan penimbangan sampel sehingga angka – angka yang telah didapat dari perhitungan sampel – sampel peresentasenya mutlak.














DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2011. Laporan Praktikum Kadar Abu. www.yefrichan.wordpress.com. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011. Banjarbaru.

Anonim2.2010. Laporan Penentuan Kadar Abu. www.scribd.com. Diakses 19 Oktober 2011. Banjarbaru.

Anonim3. 2011. Mahkota Dewa. www.plantamor.com. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011.

Anonim4. 2008. Manfaat Mahkota Dewa. www.safuan.wordpress.com. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011. Banjarbaru.

Anonim5. 2007. Manfaat Kangkung. www.elkim.wordpress.com. Dikases pada tanggal 19 Oktober 2011. Banjarbaru.

Fennema, Owen. 1996. Food Chemistry Third Edition. New York: Marcel Dekker Inc.

Irawati. 2008. Modul Pengujian Mutu I. Diploma IV PDPPTK VEDCA. Cianjur

0 komentar:

Posting Komentar